Bawang merah dan bawang daun merupakan komoditas
hortikultura yang banyak dibutuhkan terutama sebagai pelengkap bumbu masakan
guna menambah cita rasa dan keninkmatan makanan, bahkan bahwa kandungan nabati
dari bawang merah dan bawang daun pada kadar tertentu sangat baik untuk
kesehatan. Oleh karenanya kebutuhan masyarakat terhadap bawang merah dan bawang
daun akan terus meningkat seiring dengan pertambahan jumlah penduduk dan daya
belinya.
Hama Spodoptera
exigua (Hubner) (Lepidoptera: Noctuidae) merupakan hamal penting karena setiap
musim tanam hama ini selalu menyerang pada tanaman bawang merah dan bawang
daun.
Di antara
delapan spesies dari genus Spodoptera yang diketahui, ulat grayak S. exigua
adalah yang bersifat paling kosmopolit, yang penyebarannya meliputi hampir
seluruh belahan bumi kecuali Amerika Selatan. Di Indonesia S. exigua merupakan
salah satu hama klasik yang sering menyebabkan kegagalan panen pada pertanaman
bawang merah di dataran rendah di Pulau Jawa dan pada keadaan tertentu juga pada
bawang daun di dataran tinggi.
S. Exigua dapat
menyerang pertanaman bawang merah dan bawang daun sejak fase vegetatif sampai
saat panen, dan pada serangan berat dapat menyebabkan kerugian hingga 100%.
Usaha pengendalian terhadap S. exigua masih banyak menggantungkan pada
pengendalian secara kimiawi dengan penyemprotan insektisida. Namun di beberapa
tempat petani sudah mulai menggunakan pendekatan lainnya dalam pengendalian S.
Exigua.
Ulat berukuran panjang 25 mm, berwarna hijau atau coklat
dengan garis tengah warna kuning, berada dalam rongga daun, makan bagian dalam
daun menyebabkan daun menjadi transparan atau timbul bercak-bercak putih pada
daun karena epidermis bagian luar daun tidak dimakan, Bila serangan berat,
seluruh bagian tanaman dimakan termasuk umbinya. Hama memiliki beberapa inang
seperti keluarga bawang-bawangan, cabai merah dan jagung.
Klasifikasi
Phylum : Arthropoda
Class :
Insecta
Ordo :
Lepidoptera
Famili :
Noctuidae
Genus : Spodoptera
Spesies : Spodoptera exigua
(Hübner)
Morfologi dan siklus Hidup
Ulat daun bawang (Spodoptera exigua
(Hübner)) mempunyai beberapa variasi warna yaitu hijau, cokelat muda,
dan hitam kecoklatan. Ulat yang hidup di dataran tinggi umumnya berwarna coklat.
Panjang ulat penggerek daun ini sekitar 2,5 cm. Sejak telur menetas menjadi
ulat, berkepompong, lalu menjadi serangga dewasa membutuhkan waktu kurang lebih
23 hari. (Rahayu dan Nur Berlian, 2004).
Telur
Imago betina meletakkan telur pada
malam hari, telur diteletakkan secara berkelompok pada permukaan daun tanaman
bawang merah dan telurnya berbentuk oval. Kelompok telur di tutupi oleh
rambut-rambut yang halus yang berwarna putih, kemudian telur berubah menjadi
kehitam-hitaman pada saat akan menetas. Telur diletakkan pada malam hari secara
berkelompok, dalam satu kelompok telur terdapat kurang lebih 80 butir telur,
yang diletakkan pada permukaan daun, peletakan telur selain pada daun bawang
dan juga pada gulma yang tumbuh disekitar pertanaman bawang merah. Seekor
serangga betina dapat menghasilkan kurang lebih 2000 sampai 3000 butir telur
(Klana, 2011). Dalam suatu kelompok telur terdapat 30 – 100 butir bahkan
dapat mencapai 350 butir. Telur – telur dapat menetas dalam waktu 2 – 5 hari
dan telur umumnya menetas pada pagi hari (Rahayu dan Nur Berlian, 2004).
Larva
Spodoptera exigua
(Hübner) larva instar satu biasanya hidup secara bergerombol di
sekitar tempat menetasnya telur. Larva tersebut selanjutnya menyebar sesuai
stadia perkembangannya. Larva instar satu terutama menyebar ke bagian pucuk –
pucuk tanaman dan membuat lubang gerekan pada daun, kemudian masuk ke dalam
kapiler daun. Larva mengalami perubahan warna sesuai dengan perubahan instar
yang dialaminya. Larva instar satu biasanya berwarna hijau muda, kemudian
berubah menjadi hijau tua saat memasuki instar dua. Pada larva instar tiga dan
empat warnanya menjadi hijau kehitam – hitaman pada bagian abdomen, pada
abdomen terdapat garis hitam yang melintang. Pada saat larva memasuki instar
lima warnanya berubah menjadi coklat muda. Larva instar satu mempunyai panjang
sekitar 1,2 – 15 mm, larva instar dua 2,5, – 3 mm, larva instar tiga 6,2 – 8
mm, larva instar empat 12,5 – 14 mm dan instar akhir antara 2.5-3.0 cm (Klana,
2011).
Pupa
Pupa Spodoptera
exigua (Hübner) pertama – tama
berwarna coklat muda, kemudian pada saat menjadi imago berubah menjadi coklat
kehitam – hitaman pupa berada dalam tanah pada kedalaman kurang lebih 10 cm.
Proses pembentukan pupa terjadi di tanah, pupa rium dibentuk dari pasir dan
partikel tanah yang disatukan dengan cairan yang keluar dari mulut yang
mengeras ketika kering. Panjang pupa berkisar antara 9 sampai 12 mm stadium
pupa berkisar antara 8 sampai 12 hari tergantung dari ketinggian tempat di
permukaan laut (Klana, 2011).
Imago
Imago Spodoptera
exigua (Hübner) memiliki panjang
tubuh antara 10 sampai 14 mm dengan jarak rentang sayapnya berkisar antara 25
sampai 30 mm. Sayap bagian depan berwarna putih ke abu-abuan. Pada bagian
tengah sayap depan terdapat tiga pasang bintik-bintik yang berwarna perak. Pada
bagian sayap belakang berwarna putih dan pada bagian tepi sayap berwarna coklat
kehitam-hitaman (Cahyono, 2005). Peletakan telur berlangsung selama 2
sampai 3 hari, bahkan diperpanjang lebih dari 3 sampai 7 hari dan imago Spodoptera
exigua Hbn. stadianya berkisar antara 9 sampai 10 hari (Klana, 2011).
Kerusakan yang ditimbulkan
Ulat bawang (Spodoptera exigua (Hübner))
merupakan jenis ulat grayak yang paling sering menyerang pertanaman bawang
merah dan bawang putih. Gejala serangan hama ulat bawang pada tanaman bawang
merah ditandai dengan adanya bercak putih transparan pada daun (Sudewo, 2010).
Ulat Spodoptera
exigua (Hübner) menyerang daun
dengan menggerek ujung pinggiran daun, terutama daun yang masih muda.
Akibatnya, pinggiran dan ujung daun terlihat bekas gigitan. Mula-mula ulat
bawang merah melubangi bagian ujung daun lalu masuk ke dalam daun bawang.
Akibatnya, ujung-ujung daun nampak terpotong-potong. Tidak hanya itu saja,
jaringan bagian dalam daunpun dimakannya pula. Akibat serangan ulat ini, daun
bawang terlihat menerawang tembus cahaya atau terlihat bercak-bercak putih,
akibatnya daun jatuh terkulai (Wibowo, 2004).
Pengendalian
Pencegahan dan pemberantasan ulat
Spodoptera exigua (Hübner) dapat dilakukan dengan cara sebagai
berikut :
v Pengendalian
secara mekanis yaitu dengan mengambili daun yang terserang (Kartatmadja, 2000).
Dilakukan rotasi tanaman dengan tanaman yang tidak
diserang oleh ulat daun (Spodoptera exigua (Hübner)) (Rahayu dan Nur Berlian, 2004).
Pemberantasan
secara kimiawi dengan penyemprotan insektisida dicarzol 255P dengan dosis 29/L
air dan volume semprot 400-900 L/ha. Penyemprotan dilakukan mulai tanaman
berumur 7 hari sampai 2 minggu sebelum panen dengan selang waktu 4-7 hari,
selain itu dapat digunakan insektisida nabati, dipilih tanaman yang mengandung
senyawa yang tidak disukai oleh ulat Tanin, Flavonoid dan lain-lain (Rahayu dan
Nur Berlian, 2004).
v Penggunaan
perangkap feromon seks (sek pherumone) misalnya: ugratas biru yang
dipasang dalam botol plastik volume 500 ml atau 100 ml lahan seluas 1 hektar
bawang daun membutuhkan 10 botol (Cahyono, 2005).
v Penggunaan
Lampu Perangkap
Petani
bawang merah di kabupaten Nganjuk mengawali dalam menggunakan trap dengan lampu
untuk mengendalikan hama ulat bawang. Hasilnya sangat menggembirakan karena
dapat menekan tingkat kerusakan hingga 74-81 %. Perangkap hama
menggunakan lampu neon (TL 5 watt) dengan waktu nyala jam 18.00 sampai jam
24.00 paling efisien untuk menangkap imago dan menekan serangan Spodoptera
exigua pada bawang merah. Dengan menggunakan lampu perangkap dapat menekan
biaya pestisida hingga 80 persen. Untuk menghasilkan pengendalian terhadap ulat
bawang yang maksimal maka dilaksanakan penanaman serentak di setiap kecamatan
sehingga pemasangan lampu juga serentak.
Bahan
untuk Lampu Perangkap (per ha):
·
Pitingan dan lampu TL 5 watt sebanyak 30
buah
·
Kayu reng 1 m sebanyak 30 batang, 50 cm
sebanyak 60 batang
·
Bak plastik diameter 30 cm sebanyak 30
buah
·
Kabel 360 m (dalam areal), saklar dan
sekring 1 buah
·
Air dan detergen untuk isi bak
Cara
Pemasangan Lampu Perangkap:
·
Tinggi pemasangan lampu (neon) antara
10-15 cm di atas bak perangkap sedangkan mulut bak perangkap tidak boleh lebih
dari 40 cm di atas pucuk tanaman bawang merah.
·
Untuk menghindari hujan, lampu diberi
pelindung dan lampu dinyalakan mulai jam 18.00 – 24.00.
·
Bak perangkap diisi air yang dicampur
detergen agar kupu/serangga yang masuk perangkap lengket dalam air.
v Penggunaan
Kerodong Kasa
Penggunaan kerodong kasa dapat mengurangi bahkan meniadakan penggunaan
insektisida kimia, sehingga efek negatif penggunaan insektisida juga dapat
ditiadakan. Kerodong kasa dapat diterapkan pada luasan pertanaman yang sempit
maupun yang luas namun pada umumnya ukuran kerodong kasa yang diterapkan oleh
petani per unit antara 500 m2 sampai 2000 m 2.
Keberhasilan pengendalian hama ulat dengan menggunakan kerodong kasa ini dapat
mencapai 100 % dan bawang merah dapat dipanen dengan hasil optimal.
Kebutuhan
Bahan untuk Pengkerodongan per ha:
·
Bambu dengan panjang 175 cm, sebanyak
650 batang
·
Tali nilon 0,3 cm sebanyak 45 kg
·
Kelambu dari nilon (untuk jala ikan)
dengan lebar 2 m dan panjang 5.500 m
·
Pasak bambu sebanyak 1.200 batang
·
Bambu penjepit 2 cm x 5 m, sebanyak 125
batang
·
Plastik kresek sebanyak 650 buah
Cara
Pemasangan Kerodong Kasa (kelambu):
·
Seminggu sebelum tanam dilakukan
pemasangan tiang bambu (setinggi 150 cm dari atas tanah) dan tali plastik
sebagai penyangga kelambu. Jarak antar tiang bambu 4-5 m (sejumlah 650
tiang/ha)
·
Di bagian tepi lahan, tiang dipasang
dalam posisi miring. Dilanjutkan dengan pemasangan dan penjepitan kelambu 1-3
hari setelah tanam
·
Penjepitan kelambu dilakukan sekeliling
lahan dengan cara menggulung tepian kelambu dan dijepit dengan pasak di tanah
Secara ekologis kerodong kasa dapat membantu memperbaiki lingkungan tumbuh
bawang merah pada saat musim kemarau (saat tanam bulan Agustus). Pada saat
tanam tersebut udara panas dan kering, dengan temperatur udara > 30 °C. Pada
kondisi udara yang panas dan kering daun bawang merah dapat mengalami respirasi
yang tinggi. Keadaan ini menyebabkan tanaman menjadi lemas, dan
lemah. Penggunaan kerodong kasa secara fisik juga dapat mengurangi intensitas
sinar matahari dan respirasi tanaman sehingga pertumbuhan tanaman bawang merah
dapat berlangsung dengan normal sehingga dapat menghasilkan umbi dengan baik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar