Rabu, 06 November 2013

hama lepidoptera sxigua



Bawang merah dan bawang daun merupakan komoditas hortikultura yang banyak dibutuhkan terutama sebagai pelengkap bumbu masakan guna menambah cita rasa dan keninkmatan makanan, bahkan bahwa kandungan nabati dari bawang merah dan bawang daun pada kadar tertentu sangat baik untuk kesehatan. Oleh karenanya kebutuhan masyarakat terhadap bawang merah dan bawang daun akan terus meningkat seiring dengan pertambahan jumlah penduduk dan daya belinya.
Hama Spodoptera exigua (Hubner) (Lepidoptera: Noctuidae) merupakan hamal penting karena setiap musim tanam hama ini selalu menyerang pada tanaman bawang merah dan bawang daun.
Di antara delapan spesies dari genus Spodoptera yang diketahui, ulat grayak S. exigua adalah yang bersifat paling kosmopolit, yang penyebarannya meliputi hampir seluruh belahan bumi kecuali Amerika Selatan. Di Indonesia S. exigua merupakan salah satu hama klasik yang sering menyebabkan kegagalan panen pada pertanaman bawang merah di dataran rendah di Pulau Jawa dan pada keadaan tertentu juga pada bawang daun di dataran tinggi.  
S. Exigua dapat menyerang pertanaman bawang merah dan bawang daun sejak fase vegetatif sampai saat panen, dan pada serangan berat dapat menyebabkan kerugian hingga 100%. Usaha pengendalian terhadap S. exigua masih banyak menggantungkan pada pengendalian secara kimiawi dengan penyemprotan insektisida. Namun di beberapa tempat petani sudah mulai menggunakan pendekatan lainnya dalam pengendalian S. Exigua.
Ulat berukuran panjang 25 mm, berwarna hijau atau coklat dengan garis tengah warna kuning, berada dalam rongga daun, makan bagian dalam daun menyebabkan daun menjadi transparan atau timbul bercak-bercak putih pada daun karena epidermis bagian luar daun tidak dimakan, Bila serangan berat, seluruh bagian tanaman dimakan termasuk umbinya. Hama memiliki beberapa inang seperti keluarga bawang-bawangan, cabai merah dan jagung.



Klasifikasi
Phylum      : Arthropoda
Class          : Insecta
Ordo          : Lepidoptera
Famili        : Noctuidae
Genus        : Spodoptera
Spesies      : Spodoptera exigua (Hübner)



 Morfologi dan siklus Hidup
Ulat daun bawang (Spodoptera exigua (Hübner)) mempunyai beberapa variasi warna yaitu hijau, cokelat muda, dan hitam kecoklatan. Ulat yang hidup di dataran tinggi umumnya berwarna coklat. Panjang ulat penggerek daun ini sekitar 2,5 cm. Sejak telur menetas menjadi ulat, berkepompong, lalu menjadi serangga dewasa membutuhkan waktu kurang lebih 23 hari. (Rahayu dan Nur Berlian, 2004).

Telur
Imago betina meletakkan telur pada malam hari, telur diteletakkan secara berkelompok pada permukaan daun tanaman bawang merah dan telurnya berbentuk oval. Kelompok telur di tutupi oleh rambut-rambut yang halus yang berwarna putih, kemudian telur berubah menjadi kehitam-hitaman pada saat akan menetas. Telur diletakkan pada malam hari secara berkelompok, dalam satu kelompok telur terdapat kurang lebih 80 butir telur, yang diletakkan pada permukaan daun, peletakan telur selain pada daun bawang dan juga pada gulma yang tumbuh disekitar pertanaman bawang merah. Seekor serangga betina dapat menghasilkan kurang lebih 2000 sampai 3000 butir telur  (Klana, 2011). Dalam suatu kelompok telur terdapat 30 – 100 butir bahkan dapat mencapai 350 butir. Telur – telur dapat menetas dalam waktu 2 – 5 hari dan telur umumnya menetas pada pagi hari (Rahayu dan Nur Berlian, 2004).

Larva
Spodoptera exigua (Hübner) larva instar satu biasanya hidup secara bergerombol di sekitar tempat menetasnya telur. Larva tersebut selanjutnya menyebar sesuai stadia perkembangannya. Larva instar satu terutama menyebar ke bagian pucuk – pucuk tanaman dan membuat lubang gerekan pada daun, kemudian masuk ke dalam kapiler daun. Larva mengalami perubahan warna sesuai dengan perubahan instar yang dialaminya. Larva instar satu biasanya berwarna hijau muda, kemudian berubah menjadi hijau tua saat memasuki instar dua. Pada larva instar tiga dan empat warnanya menjadi hijau kehitam – hitaman pada bagian abdomen, pada abdomen terdapat garis hitam yang melintang. Pada saat larva memasuki instar lima warnanya berubah menjadi coklat muda. Larva instar satu mempunyai panjang sekitar 1,2 – 15 mm, larva instar dua 2,5, – 3 mm, larva instar tiga 6,2 – 8 mm, larva instar empat 12,5 – 14 mm dan instar akhir antara 2.5-3.0 cm (Klana, 2011).

Pupa
Pupa Spodoptera exigua (Hübner) pertama – tama berwarna coklat muda, kemudian pada saat menjadi imago berubah menjadi coklat kehitam – hitaman pupa berada dalam tanah pada kedalaman kurang lebih 10 cm. Proses pembentukan pupa terjadi di tanah, pupa rium dibentuk dari pasir dan partikel tanah yang disatukan dengan cairan yang keluar dari mulut yang mengeras ketika kering. Panjang pupa berkisar antara 9 sampai 12 mm stadium pupa berkisar antara 8 sampai 12 hari tergantung dari ketinggian tempat di permukaan laut (Klana, 2011).

Imago
Imago Spodoptera exigua (Hübner) memiliki panjang tubuh antara 10 sampai 14 mm dengan jarak rentang sayapnya berkisar antara 25 sampai 30 mm. Sayap bagian depan berwarna putih ke abu-abuan. Pada bagian tengah sayap depan terdapat tiga pasang bintik-bintik yang berwarna perak. Pada bagian sayap belakang berwarna putih dan pada bagian tepi sayap berwarna coklat kehitam-hitaman  (Cahyono, 2005). Peletakan telur berlangsung selama 2 sampai 3 hari, bahkan diperpanjang lebih dari 3 sampai 7 hari dan imago Spodoptera exigua Hbn. stadianya berkisar antara 9 sampai 10 hari (Klana, 2011).
 
Kerusakan yang ditimbulkan
Ulat bawang (Spodoptera exigua (Hübner)) merupakan jenis ulat grayak yang paling sering menyerang pertanaman bawang merah dan bawang putih. Gejala serangan hama ulat bawang pada tanaman bawang merah ditandai dengan adanya bercak putih transparan pada daun (Sudewo, 2010).
Ulat Spodoptera exigua (Hübner) menyerang daun dengan menggerek ujung pinggiran daun, terutama daun yang masih muda. Akibatnya, pinggiran dan ujung daun terlihat bekas gigitan. Mula-mula ulat bawang merah melubangi bagian ujung daun lalu masuk ke dalam daun bawang. Akibatnya, ujung-ujung daun nampak terpotong-potong. Tidak hanya itu saja, jaringan bagian dalam daunpun dimakannya pula. Akibat serangan ulat ini, daun bawang terlihat menerawang tembus cahaya atau terlihat bercak-bercak putih, akibatnya daun jatuh terkulai (Wibowo, 2004).

Pengendalian
Pencegahan dan pemberantasan ulat  Spodoptera exigua (Hübner) dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :
v  Pengendalian secara mekanis yaitu dengan mengambili daun yang terserang (Kartatmadja, 2000).
Dilakukan rotasi tanaman dengan tanaman yang tidak diserang oleh ulat daun (Spodoptera exigua (Hübner)) (Rahayu dan Nur Berlian, 2004).
Pemberantasan secara kimiawi dengan penyemprotan insektisida dicarzol 255P dengan dosis 29/L air dan volume semprot 400-900 L/ha. Penyemprotan dilakukan mulai tanaman berumur 7 hari sampai 2 minggu sebelum panen dengan selang waktu 4-7 hari, selain itu dapat digunakan insektisida nabati, dipilih tanaman yang mengandung senyawa yang tidak disukai oleh ulat Tanin, Flavonoid dan lain-lain (Rahayu dan Nur Berlian, 2004).
v  Penggunaan perangkap feromon seks (sek pherumone) misalnya: ugratas biru yang dipasang dalam botol plastik volume 500 ml atau 100 ml lahan seluas 1 hektar bawang daun  membutuhkan 10 botol (Cahyono, 2005).
v  Penggunaan Lampu Perangkap
Petani bawang merah di kabupaten Nganjuk mengawali dalam menggunakan trap dengan lampu untuk mengendalikan hama ulat bawang. Hasilnya sangat menggembirakan karena dapat menekan tingkat kerusakan hingga 74-81 %.   Perangkap hama menggunakan lampu neon (TL 5 watt) dengan waktu nyala jam 18.00 sampai jam 24.00 paling efisien untuk menangkap imago dan menekan serangan Spodoptera exigua pada bawang merah. Dengan menggunakan lampu perangkap dapat menekan biaya pestisida hingga 80 persen. Untuk menghasilkan pengendalian terhadap ulat bawang yang maksimal maka dilaksanakan penanaman serentak di setiap kecamatan sehingga pemasangan lampu juga serentak.
Bahan untuk Lampu Perangkap (per ha):
·         Pitingan dan lampu TL 5 watt sebanyak 30 buah
·         Kayu reng 1 m sebanyak 30 batang, 50 cm sebanyak 60 batang
·         Bak plastik diameter 30 cm sebanyak 30 buah
·         Kabel 360 m (dalam areal), saklar dan sekring 1 buah
·         Air dan detergen untuk isi bak

Cara Pemasangan Lampu Perangkap:
·         Tinggi pemasangan lampu (neon) antara 10-15 cm di atas bak perangkap sedangkan mulut bak perangkap tidak boleh lebih dari 40 cm di atas pucuk tanaman bawang merah.
·         Untuk menghindari hujan, lampu diberi pelindung dan lampu dinyalakan mulai jam 18.00 – 24.00.
·         Bak perangkap diisi air yang dicampur detergen agar kupu/serangga yang masuk perangkap lengket dalam air.
v  Penggunaan Kerodong Kasa
         Penggunaan kerodong kasa dapat mengurangi bahkan meniadakan penggunaan insektisida kimia, sehingga efek negatif penggunaan insektisida juga dapat ditiadakan. Kerodong kasa dapat diterapkan pada luasan pertanaman yang sempit maupun yang luas namun pada umumnya ukuran kerodong kasa yang diterapkan oleh petani per unit antara 500 m2 sampai 2000 m 2. Keberhasilan pengendalian hama ulat dengan menggunakan kerodong kasa ini dapat mencapai 100 % dan bawang merah dapat dipanen dengan hasil optimal.



Kebutuhan Bahan untuk Pengkerodongan per ha:
·         Bambu dengan panjang 175 cm, sebanyak 650 batang
·         Tali nilon 0,3 cm sebanyak 45 kg
·         Kelambu dari nilon (untuk jala ikan) dengan lebar 2 m dan panjang 5.500 m
·         Pasak bambu sebanyak 1.200 batang
·         Bambu penjepit 2 cm x 5 m, sebanyak 125 batang
·         Plastik kresek sebanyak 650 buah

Cara Pemasangan Kerodong Kasa (kelambu):
·           Seminggu sebelum tanam dilakukan pemasangan tiang bambu (setinggi 150 cm dari atas tanah) dan tali plastik sebagai penyangga kelambu. Jarak antar tiang bambu 4-5 m (sejumlah 650 tiang/ha)
·           Di bagian tepi lahan, tiang dipasang dalam posisi miring. Dilanjutkan dengan pemasangan dan penjepitan kelambu 1-3 hari setelah tanam
·           Penjepitan kelambu dilakukan sekeliling lahan dengan cara menggulung tepian kelambu dan dijepit dengan pasak di tanah

         Secara ekologis kerodong kasa dapat membantu memperbaiki lingkungan tumbuh bawang merah pada saat musim kemarau (saat tanam bulan Agustus). Pada saat tanam tersebut udara panas dan kering, dengan temperatur udara > 30 °C. Pada kondisi udara yang panas dan kering daun bawang merah dapat mengalami respirasi yang tinggi.   Keadaan ini menyebabkan tanaman menjadi lemas, dan lemah. Penggunaan kerodong kasa secara fisik juga dapat mengurangi intensitas sinar matahari dan respirasi tanaman sehingga pertumbuhan tanaman bawang merah dapat berlangsung dengan normal sehingga dapat menghasilkan umbi dengan baik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar