Kamis, 12 April 2018

Hama dan penyakit tanaman jagung



HAMA DAN PEYAKIT PADA TANAMAN JAGUNG
1.      Penggerek tongkol (HelicoverpaarmigeraHbn., NoctuidaeLeppidoptera)
Gejala serangan dari Ulat Penggerek Tongkol Jagung (Heliotthis armigera) diperoleh tongkol yang terserang berlubang lubang dan jagung menjadi kuning.



2.      Penyakit bulai
 

Penyakit bulai pada daun jagung disebabkan oleh cendawan atau jamur Sclerospora maydis. Gejala berupa daun tanaman jagung berwarna kuning keputih-putihan bergaris, sejajar dengan urat daun dan tampak kaku.
3.      Penyakit karat
 

Penyakit karat disebabkan cendawan puccinia sorghi Schw. Gejala: pada daun yang sudah tua terdapat titik – titik noda yang berwarna merah kecoklatan seperti karat dan terdapat serbuk berwarna kuning  kecoklatan , kemudian berkembang memanjang.


4.      Penyakit layu stewar
Gejala tanaman jagung yang terserang pantoe stewartii. Penyakit ini terdapat 2 fase gejala yakni layu pada bibit, terutama pada tanaman berdaun kurang dari 5 helai dan hawar daun tua di fase vegetatif dan generatif berwarna putih memanjang searah tulang daun. P. stewartii dapat bertahan hidup terutama dalam dua inang yaitu tanaman jagung dan kumbang jagung yaitu Chaetocnema pulicaria
5.      Kekurangan unsur hara

Tanaman yang kekurangan unsur hara N,  tumbuhan menjadi kerdil, kurus, dan daun berwarna hijau kekuningan. Akibat yang paling parah tumbuhan jagung tidak berbuah.
HAMA PADA TANAMAN PADI
1.      Burung
Burung merupakan hama yang memakan bulir padi yang telah matang dan hampir panen. Burung menyerang padi pada pagi dan sore hari, memakan bulir padi sehingga  tinggal malai tampa bulir padi. Burung menyerang hampir semua padi.
2.      Penggerek batang (Scirpophaga interculas)
Hama ini merusak tanaman pada semua fase tumbuh, baik pada saat pembibitan, fase anakan, maupun fase berbunga. Pada fase anakan hama ini disebut sundep. Pada fase berbunga disebut beluk.
HAMA PADA TANAMAN PARE
Lalat buah
 




Dari gambar dapat dilihat bahwa tanaman pare terserang lalat buah dengan gejala daging buah tidak dapat dimakan karena busuk dan berair dengan ratusan belatung. Pengendalian dengan membungkus tanaman pare pada waktu berbuah, menggunakan insect trap, mengadakan penyiangan dan pembubunan.
PENGENDALIAN
1.      mengendalikan gulma/ sanitasi lingkungan
2.      Pemupukan yang seimbang
3.      Kultur teknis / Rotasi tanaman
4.      Memasang perangkap
5.      Secara mekanik
6.      Secara fisik dengan memukul hama
7.      Membuang tanaman yang terserang
8.      Secara biologi dengan menambahkan musuh alami pada lahan
Sumber:
Rachmawati,Reny. 2012. Hama dan Penyakit Tanaman. Pustaka Baru Press. yogyakarta

Minggu, 25 Maret 2018

pengertian agroekosistem


PENGERTIAN AGROEKOSISTEM
Agroekosistem adalah sistem interaksi antara manusia dan lingkunganv biofisik, sumber daya pedesaan dan pertanain guna meningkatkan kelangsungan hidup penduduknya. Agroekosistem dapat diartikan pula sebagai suatu unit yang tersusun oleh semua organisme di dalam areal pertanaman bersama-sama dengan keseluruhan kondisi lingkungan dan lingkungan yang telah dimodifikasi manusia lebih lanjut, yaitu pertanian, industri, tempat rekreasi, dan aktifitas sosial manusia yang lainnya. (Anonymous, 2010)
KOMPONEN AGROEKOSISTEM
Komponen Agroekosistem terdiri dari komponen biotik dan abiotik :
A. Komponen Biotik
a. Produsen
Jasad-jasad hidup yang mampu menangkap energi matahari dan membentuk bahan-     bahan yang mengandung energi (tumbuh-tumbuhan berklorofil hijau).
b. Konsumen
Jasad-jasad hidup yang memakan tumbuh-tumbuhan dan atau hewan; mampu membentuk bahan-bahan organis yang lebih tinggi mutunya dari bahan yang dimakannya. Konsumen terbagi menjadi herbivora, karnivora, omnivora.
c. Decomposer
Jasad-jasad hidup (mikrobia) yang dapat mengurai sisa-sisa dari jasad hidup yang mati (proses mineralisasi)
d. Tanaman atau vegetasi
Tanaman dalam agroekosistem berfungsi sebagai produsen atau unsur/ komponen yang diusahakan oleh manusia untuk budidaya.
e. Hewan
 Hewan sebagai penyeimbang atau pendukung komponen-komponen dalam agroekosistem. Contoh : cacing membantu menyuburkan tanah.
B. Komponen Abiotik
a. Air
Tak kurang dari 50% penyusun tubuh organisme terdiri atas air. Oleh sebab itu air merupakan salah satu komponen abiotik yang sangat menentukan kelangsungan hidup organism.
b. Udara
Gas-gas di atmosfer ini di samping sebagai selimut bumi, juga sebagai sumber berbagai unsur zat tertentu, seperti oksigen, karbon dioksida, nitrogen, dan hidrogen. Udara juga merupakan komponen utama tanah, tanah yang cukup pori atau rongganya akan baik pertukaran udara atau aerasinya.
c. Suhu
Setiap makhluk hidup memerlukan suhu lingkungan tertentu. Hal ini dapat diterima oleh akal kita karena pada setiap tubuh makhluk hidup akan berlangsung proses kimia. Semua makhluk hidup dimanapun berada selalu menghindari suhu lingkungan yang terlalu tinggi, dan terlalu rendah, tetapi selalu berusaha untuk mendapatkan suhu lingkungan yang optimum.
d. Tanah
Tanah merupakan komponen sumberdaya alam yang mencakup semua bagian padat di atas permukaan bumi, termasuk semua yang ada di atas dan didalamnya yang terbentuk dari bahan induk yang dipengaruhi oleh kinerja iklim, jasad hidup, dan relief setempat dalam waktu tertentu. Dalam satu toposekuen akan dijumpai berbagai jenis tanah, sebagai akibat adanya perbedaan bahan induk, iklim, topografi dan penggunaan lahan (Hardjowigeno, 2003).
e. Cahaya
Cahaya matahari merupakan komponen abiotik yang berfungsi sebagai sumber energi primer bagi ekosistem. Keberadannya mampu mempengaruhi dan mengontrol organisme yang ada pada suatu ekosistem.
f. Salinitas
Salinitas berhubungan erat dengan pH tanah. Jika pH tanah semakin tinggi maka akan menghambat proses pertumbuhan tanaman. Karena ada beberapa tanaman yang tidak cocok dengan pH yang tinggi. (Anonymous, 2010)

MASALAH AGROEKOSISTEM
Degradasi lahan
Degradasi lahan kering selama ini lebih tersorot pada kekeliruan pembukaan dan pengelolaan lahan oleh perladangan berpindah. Sistem pembukaan lahan dengan cara tebas-bakar (slash and burn) dan biasanya terletak pada lahan yang miring akan mengawali terjadinya erosi. Kebiasaan membakar kayu dan ranting sisa pembukaan lahan biasanya diteruskan oleh petani dengan membakar sisa tanaman. Bila pembakaran dilakukan hanya sekali saja waktu pembukaan lahan tidak akan banyak merusak tanah, tetapi pembakaran yang dilakukan berulang-ulang setiap musim akan lekas menurunkan kadar bahan organik tanah yang akhirnya menurunkan produktivitas tanah. Pembakaran sisa-sisa tanaman tiap tahun akan mempercepat proses pencucian dan pemiskinan tanah. (Anonymous, 2010)
Kerusakan Tubuh Tanah
Tanah sebagai suatu sistem dinamis, selalu mengalami perubahan-perubahan, yaitu perubahan segi fisik, kimia ataupun biologi tanahnya. Perubahan-perubahan ini terutama karena pengaruh berbagia unsur iklim, tetapi tidak sedikit pula yang dipercepat oleh tindakan atau perlakuan manusia. Kerusakan tubuh tanah yang diakibatkan berlangsungnya perubahan-perubahan yang berlebihan misalnya kerusakan dengna lenyapnya lapisan olah tanah yang dikenal dengan nama erosi. ( Mulyani, 2005)
Dampak Pemupukan yang Berlebihan
Pemupukan dilakukan untuk memberikan zat makanan yang optimal kepada tanaman, agar tanaman dapat memberikan hasil yang cukup. Pemupukan dan pupuk buatan dapat menyebabkan tanah menjadi asam (pH tanah menurun). Jika tanah menjadi asam, produktivitas tanaman pertanian akan merosot. Pemupukan yang berlebihan dan larut ke dalam air juga dapat menyebabkan meningkatkan kesuburan sungai (eutrofikasi). (Anonymous, 2010)
Lahan pertanian terbatas/semakin sempit
Dalam suatu agroekosistem, khusunya yang diolah sedemikian rupa untuk memenuhi kebutuhan penduduknya (pertanian) pasti membutuhkan lahan untuk mengelola sumber daya yang ada. Namun, akibat dari pertambahan penduduk yang makin meningkat dari tahun ke tahun mengakibatkan penggunaan lahan untuk pemukiman dan industri semakin besar sehingga lahan yang dulunya sebagai lahan pertanian menjadi semakin sempit. (Anonymous, 2010)
Ketergantungan Petani terhadap Pestisida, Pupuk Anorganik dan Varietas Unggul
Akibat petani yang mengintensifkan penggunaan pestisida untuk menanggulangi serangan hama dan penyakit pada tanaman yang dibudidayakannya, petani tersebut memiliki ketergantungan terhadap pestisida, karena minimnya pengetahuan petani untuk memanfaatkan pestisida nabati yang aman serta memanfaatkan musuh alami sesuai program PHT. (Anonymous, 2010)
Munculnya Ketahanan (Resistensi) Hama terhadap Pestisida
Karena hama terus menerus mendapat tekanan oleh pestisida, maka melalui proses seleksi alami, spesies hama mampu membentuk strain baru yang lebih tahan terhadap pestisida tertentu yang digunakan petani. Pada tahun 1947, dua tahun setelah penggunaan pestisida DDT, diketahui muncul strain serangga yang resisten terhadap DDT. Saat ini, telah didata lebih dari 500 spesies serangga hama telah resisten terhadap berbagai jenis kelompok insektisida. (Anonymous, 2010)
Resurgensi Hama
Resurjensi hama terjadi karena pestisida, sebagai racun yang berspektrum luas, juga membunuh musuh alami. Musuh alami yang terhindar dan bertahan terhadap penyemprotan pestisida, sering kali mati kelaparan karena populasi mangsa untuk sementara waktu terlalu sedikit, sehingga tidak tersedia makanan dalam jumlah cukup. (Anonymous, 2010)
Ledakan Populasi Hama Sekunder
Peristiwa ledakan hama sekunder terjadi, apabila setelah perlakuan pestisida menghasilkan penurunan populasi hama utama, tetapi kemudian terjadi peningkatan populasi pada spesies yang sebelumnya bukan hama utama, sampai tingkat yang merusak. Ledakan ini seringkali disebabkan oleh terbunuhnya musuh alami, akibat penggunaan pestisida yang berspektrum luas.
SOLUSI DARI PERMASALAHAN AGROEKOSISTEM
Konservasi lahan dengan penerapan Tanpa Olah Tanah (zero tillage) atau pengolahan tanah minimum (minimum tillage) dalam rangka pengawetan tanah Tidak mencuci peralatan penyemprot pestisida di sungai atau di dekat sumur agar tidak mencemari sungai atau sumur penduduk. Cucilah peralatan di tempat khusus dan limbahnya dibuang secara khusus pula (misal dibuatkan lubang yang jauh dari pemukiman). Tidak membuang sisa obat di sembarang tempat. Buanglah sisa obat di tempat khusus yang tidak mencemari sungai atau sumur penduduk. Mengurangi penggunaan pestisida dengan memberantas hama secara mekanik (misal ditangkap, kemudian dimatikan), dan secara biologis (misal menggunakan serangga predator).
Pemberantasan secara biologis dengan serangga atau hewan predator dimaksudkan agar hewan predator yang dilepaskan di lingkungan memangsa hama tanaman. Serangga predator dipelihara terlebih dahulu, dikembangbiakkan, kemudian dilepaskan di sawah atau perkebunan. Menggunakan pestisida hayati yang aman bagi kesehatan petani, konsumen dan lingkungan pertanian Menerapkan Pengendalian Hama Terpadu (PHT) dengan 4 prinsip yaitu : (a) budidaya tanaman sehat (b) pelestarian musuh alami (c) pengamatan agroekosistem secara rutin, dan (d) petani menjadi ahli PHT dan manajer di kebunnya Menerapkan sistem pertanain berkelanjutan serta pertanian berwawasan lingkungan yang tidak hanya mementingkan faktor keuntungan dalam melakukan usahatani/budidaya dalam suatu agroekosistem tetapi memperhatikan pula faktor sosial, ekonomi dan lingkungan.

PERTANIAN BERKELANJUTAN
Pertanian berkelanjutan (sustainable agriculture) adalah pemanfaatan sumber daya yang dapat diperbaharui (renewable resources) dan sumberdaya tidak dapat diperbaharui (unrenewable resources) untuk proses produksi pertanian dengan menekan dampak negatif terhadap lingkungan seminimal mungkin.
CIRI-CIRI PERTANIAN BERKELANJUTAN
  1. Secara ekonomi menguntungkan dan dapat dipertanggung jawabkan (economically viable). Petani mampu menghasilkan keuntungan dalam tingkat produksi yang cukup dan stabil, pada tingkat resiko yang bisa ditolerir/diterima.
  2. Berwawasan ekologis (ecologically sound). Kualitas agroekosistem dipelihara atau ditingkatkan, dengan menjaga keseimbangan ekologi serta konservasi keanekaragaman hayati. Sistem pertanian yang berwawasan ekologi adalah sistem yang sehat dan mempunyai ketahanan yang tinggi terhadap tekanan dan gangguan (stress dan shock).
  3. Berkeadilan sosial. Sistem pertanian yang menjamin terjadinya keadilan dalam akses dan kontrol terhadap lahan, modal, informasi, dan pasar, bagi yang terlibat tanpa membedakan status sosial-ekonomi, gender, agama atau kelompok etnis.
  4. Manusiawi dan menghargai budaya lokal. Menghormati eksistensi dan memperlakukan dengan bijak semua jenis mahluk yang ada. Dalam pengembangan pertanian tidak melepaskan diri dari konteks budaya lokal dan menghargai tatanan nilai, spirit dan pengetahuan lokal
  5. Mampu berdaptasi (adaptable). Mampu menyesuaikan diri terhadap kondisi yang selalu berubah, seperti pertumbuhan populasi, tantangan kebijaksanaan yang baru dan perubahan konstalasi pasar.











DAFTAR PUSTAKA
Anonymous.2010. http://id.wikipedia.org wiki Permasalahan Agroekosistem. Diakses pada 10 Maret 2010
Anonymous.2010.http://www.soil.faperta.ugm.ac.id/tj/1981/1987%20ekot.pdf. Diakses pada 10 Maret 2010
Hardjowigeno, Sarwono. 2003. Ilmu Tanah. Akademika Pressindo. Jakarta
Mulyani, Sutedjo. 2005. Pengantar Ilmu Tanah. PT. Rineka Cipta. Jakarta

jenis bahan organik


Jenis-jenis bahan organik

1. Arang
Arang bisa berasal dari kayu atau batok kelapa. Media tanam ini sangat cocok digunakan untuk tanaman anggrek di daerah dengan kelembapan tinggi. Hal itu dikarenakan arang kurang mampu mengikat air dalam )umlah banyak. Keunikan dari media jenis arang adalah sifatnya yang bufer (penyangga). Dengan demikian, jika terjadi kekeliruan dalam pemberian unsur hara yang terkandung di dalam pupuk bisa segera dinetralisir dan diadaptasikan.
Selain itu, bahan media ini juga tidak mudah lapuk sehingga sulit ditumbuhi jamur atau cendawan yang dapat merugikan tanaman. Namun, media arang cenderung miskin akan unsur hara. Oleh karenanya, ke dalam media tanam ini perlu disuplai unsur hara berupa aplikasi pemupukan.
Sebelum digunakan sebagai media tanam, idealnya arang dipecah menjadi potongan-potongan kecil terlebih dahulu sehingga memudahkan dalam penempatan di dalam pot. Ukuran peeahan arang ini sangat bergantung pada wadah yang digunakan untuk menanam serta jenis tanaman yang akan ditanam. Untuk mengisi wadah yang memiliki diameter 15cm atau lebih, umumnya digunakan pecahan arang yang berukuran panjang 3 em, lebar 2-3 cm, dengan ketebalan 2-3 em. Untuk wadah (pot) yang lebih kecil, ukuran pecahan arang juga harus lebih kecil.
2. Batang Pakis
Berdasarkan warnanya, batang pakis dibedakan menjadi 2, yaitu batang pakis hitam dan batang pakis coklat. Dari kedua jenis tersebut, batang pakis hitam lebih umum digunakan sebagai media tanam. Batang pakis hitam berasal dari tanaman pakis yang sudah tua sehingga lebih kering. Selain itu, batang pakis ini pun mudah dibentuk menjadi potongan kecil dan dikenal sebagai cacahan pakis.
Selain dalam bentuk pacahan, batang pakis juga banyak dijual sebagai media tanaman siap pakai dalam bentuk lempengan persegi empat. Umumnya, bentuk lempengan pakis digunakan sebagai media tanam anggrek. Kelemahan dari lempengan batang pakis ini adalah sering dihuni oleh semut atau binatang-binatang kecil lainnya.
Karakteristik yang menjadi keunggulan media batang pakis lebih dikarenakan sifat-sifatnya yang mudah mengikat air, memiliki aerasi dan drainase yang baik, serta bertekstur lunak sehingga mudah ditembus oleh akar tanaman.

3. Kompos
Kompos merupakan media tanam organik yang bahan dasarnya berasal dari proses fermentasi tanaman atau limbah organik, seperti jerami, sekam, daun, rumput, dan sampah kota. Kelebihan dari penggunaan kompos sebagai media tanam adalah sifatnya yang mampu mengembalikan kesuburan tanah melalui perbaikan sifat-sifat tanah, baik fisik, kimiawi, maupun biologis. Selain itu, kompos juga menjadi fasilitator dalam penyerapan unsur nitrogen (N) yang sangat dibutuhkan oleh tanaman.
Kandungan bahan organik yang tinggi dalam kompos sangat penting untuk memperbaiki kondisi tanah. Berdasarkan hal tersebut dikenal 2 peranan kompos yakni soil conditioner dan soil ameliorator. Soil ( ondotioner yaitu peranan kompos dalam memperbaiki struktur tanah, terutama tanah kering, sedangkan soil ameliorator berfungsi dalam Il1emperbaiki kemampuan tukar kation pada tanah.
Kompos yang baik untuk digunakan sebagai media tanam yaitu yang telah mengalami pelapukan secara sempurna, ditandai dengan rubahan warna dari bahan pembentuknya (hitam kecokelatan), tidak berbau, memiliki kadar air yang rendah, dan memiliki suhu ruang.
4. Moss
Moss yang dijadikan sebagai media tanam berasal dari akar paku-pakuan, atau kadaka yang banyak dijumpai di hutan-hutan. Moss sering digunakan sebagai media tanam untuk masa penyemaian sampai dengan masa pembungaan. Media ini mempunyai banyak rongga sehingga memungkinkan akar tanaman tumbuh dan berkembang dengan leluasa.
Menurut sifatnya, media moss mampu mengikat air dengan baik serta memiliki sistem drainase dan aerasi yang lancar. Untuk hasil tanaman yang optimal, sebaiknya moss dikombinasikan dengan media tanam organik lainnya, seperti kulit kayu, tanah gambut, atau daun-daunan kering.
5. Pupuk kandang
Pupuk organik yang berasal dari kotoran hewan disebut sebagai pupuk kandang. Kandungan unsur haranya yang lengkap seperti natrium (N), fosfor (P), dan kalium (K) membuat pupuk kandang cocok untuk dijadikan sebagai media tanam. Unsur-unsur tersebut penting untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Selain itu, pupuk kandang memiliki kandungan mikroorganisme yang diyakini mampu merombak bahan organik yang sulit dicerna tanaman menjadi komponen yang lebih mudah untuk diserap oleh tanaman.
Komposisi kandungan unsur hara pupuk kandang sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain jenis hewan, umur hewan, keadaan hewan, jenis makanan, bahan hamparan yang dipakai, perlakuan, serta penyimpanan sebelum diaplikasikan sebagai media tanam.
Pupuk kandang yang akan digunakan sebagai media tanam harus yang sudah matang dan steril. Hal itu ditandai dengan warna pupuk yang hitam pekat. Pemilihan pupuk kandang yang sudah matang bertujuan untuk mencegah munculnya bakteri atau cendawan yang dapat merusak tanaman.
6. Sabut kelapa (coco peat)
Sabut kelapa atau coco peat merupakan bahan organik alternatif yang dapat digunakan sebagai media tanam. Sabut kelapa untuk media tanam ,I ‘iJdiknya berasal dari buah kelapa tua karena memiliki serat yang kuat.
Penggunaan sabut kelapa sebagai media tanam sebaiknya dilakukan di daerah yang bercurah hujan rendah. Air hujan yang berlebihan dapat menyebabkan media tanam ini mudah lapuk. Selain itu, tanaman pun menjadi cepat membusuk sehingga bisa menjadi sumber penyakit. Untuk mengatasi pembusukan, sabut kelapa perlu direndam terlebih dahulu di dalam larutan fungisida. Jika dibandingkan dengan media lain, pemberian fungisida pada media sabut kelapa harus lebih sering dilakukan karena sifatya yang cepat lapuk sehingga mudah ditumbuhi jamur.
Kelebihan sabut kelapa sebagai media tanam lebih dikarenakan karakteristiknya yang mampu mengikat dan menyimpan air dengan kuat, sesuai untuk daerah panas, dan mengandung unsur-unsur hara esensial, seperti kalsium (Ca), magnesium (Mg), kalium (K), natrium (N), dan fosfor (P).
7. Sekam padi
Sekam padi adalah kulit biji padi (Oryza sativa) yang sudah digiling. Sekam padi yang biasa digunakan bisa berupa sekam bakar atau sekam mentah (tidak dibakar). Sekam bakar dan sekam mentah memiliki tingkat porositas yang sama. Sebagai media tanam, keduanya berperan penting dalam perbaikan struktur tanah sehingga sistem aerasi dan drainase di media tanam menjadi lebih baik.
Penggunaan sekam bakar untuk media tanam tidak perlu disterilisasi lagi karena mikroba patogen telah mati selama proses pembakaran. Selain itu, sekam bakar juga memiliki kandungan karbon (C) yang tinggi sehingga membuat media tanam ini menjadi gembur, Namun, sekam bakar cenderung mudah lapuk.
Sementara kelebihan sekam mentah sebagai media tanam yaitu mudah mengikat air, tidak mudah lapuk, merupakan sumber kalium (K) yang dibutuhkan tanaman, dan tidak mudah menggumpal atau memadat sehingga akar tanaman dapat tumbuh dengan sempurna. Namun, sekam padi mentah cenderung miskin akan unsur hara.

8. Humus
Humus adalah segala macam hasil pelapukan bahan organik oleh Jasad mikro dan merupakan sumber energi jasad mikro tersebut. Bahanbahan organik tersebut bisa berupa jaringan asli tubuh tumbuhan atau binatang mati yang belum lapuk. Biasanya, humus berwarna gelap dan ciijumpai terutama pada lapisan atas tanah (top soil)
Humus sangat membantu dalam proses penggemburan tanah. dan memiliki kemampuan daya tukar ion yang tinggi sehingga bias menyimpan unsur hara. Oleh karenanya, dapat menunjang kesuburan tanah, Namun, media tanam ini mudah ditumbuhi jamur, terlebih ketika tl’rjadi perubahan suhu, kelembapan, dan aerasi yang ekstrim. Humus Juga memiliki tingkat porousitas yang rendah sehingga akar tanaman tidak mampu menyerap air, Dengan demikian, sebaiknya penggunaan humus sebagai media tanam perlu ditambahkan media lain yang memiliki porousitas tinggi, misalnya tanah dan pasir.

Sumber. Tidak diketahui

Jumat, 23 Maret 2018

Laporan Praktikum Produksi Benih


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Dunia Pertanian memang tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan manusia. Hal itu disebabkan karena pertanian merupakan kebutuhan primer makhluk hidup.Semua makhluk hidup memenuhi kebutuhan makannya dengan mengkonsumsi hasil pertanian. Seperti sayur – sayuran , buah-buahan atau bahkan hasil alam lainnya yang digunakan untuk kepentingan lainnya.
Keseluruhan hasil alam tadi memerlukan proses untuk tumbuh agar dapat dikonsumsi manusia. Nah , hal yang paling mendasar dalam proses tumbuh tersebut adalah benih.. Kualitas suatu benih sangat menentukan  hasil alam yang akan diperoleh. Semakin bagus benih , maka semakin menguntungkan pula hasil alam tersebut. Contohnya , benih yang sesuai standar akan menghasilkan tumbuhan yang baik dari segi kualitas maupun kuantitasnya.
Benih merupakan salah satu alat reproduksi generatif tanaman yang memiliki suatu organisasi yang teratur rapi, mempunyai persediaan bahan makanan yang cukup untuk melindungi serta memperpanjang kehidupannya. Benih sering disamaartikan dengan biji, namun terdapat perbedaan yang mendasar antara kedua istilah tersebut, yakni fungsinya. Benih berfungsi sebagai alat perbanyakan generatif, sedangkan biji berfungsi sebagai bahan makanan.
Para petani kita sejak dulu dan semasa pemerintahan belanda telah memiliki kesadaran bahwa penggunaan benih yang baik dan bermutu akan sangat menunjang dalam peningkatan produksinya, baik kwalitas maupun kuantitas. Mereka sangat berhati-hati dalam memilih benih yang akan digunakan.
Secara tradisional pemilihan benih dilakukan pada waktu pemungutan hasil panen, seperti pemilihan hasil ( selection) untuk benih padi, kacang-kacangan dll. Benih yang berasal dari tanaman yang baik mereka sisihkan, dirawat, dan disimpan sebaik-baiknya. Dengan cara ini tingkat mutu dan hasil tanaman dapat dipertahankan, dan cara pengadaan benih semacam ini telah dilakukan beabad-abad lamanya.
Namun seiring berkembangnya zaman, kini di Indonesia sudah dilaksanakan suatu pola produksi benih yang lebih terarah sehingga petani dapat lebih yakin untuk meningkatkan produktivitas dengan benih yang unggul dan lebih sejahtera.
Dalam pembuatan benih tidak sedikit dan tidak semudah apa yang kita pikirkan, dalam pembuatan benih sangatlah rumit dengan tahapan-tahapan yang sangat membutuhkan ketelitian dan kesabaran. Ada pun kegiatan dalam pembuatan benih yang memiliki sertifikat yaitu : pengamatan viabilitas, vigor, kemurnian benih dan masih banyak uji-uji yang dilakukan untuk mendapatkan benih unggul.
Pada praktikum ini di tanam tanaman  kacang tanah untuk melihat pengaruh pemangkasan terhadap tanaman kacang tanah tersebut.
Kacang tanah merupakan salah satu tanaman kacang-kacangan yang banyak dibutuhkan dalam menu makanan sehari-hari dan bahan baku industri. Konsumsi kacang tanah semakin meningkat sejalan dengan meningkatnya jumlah penduduk, peningkatan gizi, diversifikasi pangan dan peningkatan kapasitas industri pangan dan pakan ternak.
Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No.12 Tahun 1992 Tentang Sistem Budidaya Tanaman Bab I Ketentuan Umum Pasal 1 Ayat 4, benih didefenisikan sebagai berikut :  “ Benih tanaman, selanjutnya disebut benih, adalah tanaman atau bagiannya yang digunakan untuk memperbanyak dan atau mengembangbiakkan tanaman”.
Dalam perkembangbiakkan secara generatif, bibit biasanya diperoleh dari benih yang disemaikan. Sementara perkembangbiakkan secara vegetatif bibit dapat diartikan sebagai bagian tanaman yang berfungsi sebagai alat reproduksi, misalnya umbi. (Baran Wirawan, 2004).
Struktur benih terdiri dari lembaga/embrio, cadangan makanan untuk pertumbuhan embrio, dan pelindung yaitu kulit biji. Tempat penyimpan cadangan makanan pada benih monokotol berbeda dengan dikotil. Pada benih monokotil cadangan makanan lebih banyak tersimpan di endosperm, sedangkan pada tanaman dikotil cadangan makanan tersimpan di kotiledon.
Dalam konteks agronomi, benih dituntut untuk bermutu tinggi sebab benih harus mampu menghasilkan tanaman yang berproduksi maksimum dengan sarana teknologi yang maju. Beberapa keuntungan dari penggunaan benih bermutu, antara lain :
a)    menghemat penggunaan benih persatuan luas
b)   respon terhadap pemupukan dan pengaruh perlakuan agronomis lainnya
c)    produktivitas tinggi karena potensi hasil yang tinggi
d)   mutu hasil akan terjamin baik melalui pasca panen yang baik
e)    memiliki daya tahan terhadap hama dan penyakit, umur dan sifat-sifat lainnya jelas
f)    waktu panennya lebih mudah ditentukan karena masaknya serentak. (Sjamsoe’oed Sadjad, 1977).

Benih adalah biji botanis yaitu biji hasil dari perkembangan bakal biji(ovul) di dalam bunga kemudian menghasilkan biji botanis yang disebut dengan benih. Pengertian benih dalam UU No. 12 tahun 1992 yaitu tanaman atau bagiannya yang digunakan untuk memperbanyak dan atau mengembangbiakkan tanaman.
Perkecambahan merupakan proses metobolisme biji hingga dapat menghasilkan pertumbuhan dari komponen kecambah (Plumula dan Radikula). Definisi perkecambahan adalah jika sudah dapat dilihat atribut perkecambahannya, yaitu plumula dan rdikula dan keduanya tumbuh normal dalam jangka waktu tertentu sesuai dengan ketentuan ISTA.
Setiap biji yang dikecambahkan ataupun yang diujikan tidak selalu prosentase pertumbuhan kecambahnya sama, hal ini dipengaruhi  bebagai macam faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan perkecambahan. Kecepatan berkecambah benih adalah kecepatan benih untuk berkecambah normal.
Benih yang memiliki vigor yang tinggi akan lebih cepat berkecambah, karena memiliki cadangan makanan yang tinggi, sehingga dapat membantu untuk berkecambah lebih cepat di lingkungan yang optimum maupun yang suboptimum.
Uji benih dalam kondisi lapang biasanya kurang memuaskan karena hasilnya tidak dapat diulang dengan konsisten. Oleh karena itu, pengujian di laboratorium dilaksanakan dengan mengendalikan faktor lingkungan agar mencapai perkecambahan yang teratur, cepat, lengkap bagi kebanyakan contoh benih. Selain itu kondisi yang terkendali telah distandarisasi untuk memungkinkan hasil pengujian yang dapat diulang sedekat mungkin kesamaannya.
Pengujian benih dalam kondisi lapang biasanya kurang memuaskan karena hasilnya tidak dapat diulang dengan konsisten. Karena itu, pengujian dilaboratorium dilaksanakan dengan mengendalikan faktor lingkungan agar mencapai perkecambahan yang teratur, cepat, lengkap bagi kebanyakan contoh benih. Kondisi yang terkendali telah distandarisasi untuk memungkinkan hasil pengujian yang dapat diulang sedekat mungkin kesamaannya. Terdapat bermacam-macam metode uji perkecambahan benih, setiap metode memiliki kekhususan tersendiri sehubungan dengan jenis benih diuji, jenis alat perkecambahan yang digunakan, dan jenis parameter viabilitas benih dinilai. Berdasarkan substratnya, metode uji perkecambahan benih dapat digolongkan kedalam menggunakan kertas, pasir dan tanah. Pada kesempatan ini yang akan dipelajari metode uji daya kecambah (SGT), uji kecepatan berkecambah (IVT), uji hitung pertama (FCT), uji pertumbuhan akar dan batang (RSGT). Kondisi lingkungan perkecambahan pada semua metode ini adalah optimum.

2.1 tujuan
Tujuan dari praktikum ini yaitu
-          mengetahui pengaruh pemangkasan bunga pada tanaman kacang terhadap biji yang di produksi
-          mengetahui daya kecambah dari biji jagung yang dikecambahkan dengan beberapa media seperti kertas stensil, pasir dan batu koral.




BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A.  Benih
Benih sering disamaartikan dengan biji, namun terdapat perbedaan yang mendasar antara kedua istilah tersebut, yakni fungsinya. Benih berfungsi sebagai alat perbanyakan generatif, sedangkan biji berfungsi sebagai bahan makanan. Dalam batasan struktural, benih sama dengan buah tetapi dalam batasan fungsional tidak sama dengan biji (Sjamsoe̢۪oed Saudjad, 1993).
Biji bukan objek pasca panen karena benih merupakan komoditi pertanian yang proses produksi dan persiapan sejak benih sumber yang ditanamharus jelas identitas genetiknya sampai menghasilkan benih bermutu sesuai analisis benih ditangan konsumen benih (Wahyu Qamara Munisjah, dkk, 1991) .
Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No.12 tahun 1992 tentang Sistem Budidaya Pertanian Bab I ketentuan umum pasal 1 ayat 4 disebutkan bahwa benih tanaman yang selanjutnya disebut benih, adalah tanaman atau bagiannya yang digunakan untuk memperbanyak dan atau mengembangbiakkan tanaman.Dalam buku lain tertulis benih disini dimaksudkan sebagai biji tanaman yang dipergunakan untuk tujuan pertanaman (Sutopo, 2004). Namun bila kita telaah makna benih yang terkandung dalam UU RI No.12 th. 1992, yang termasuk ke dalam pengertian benih bukan hanya biji, namun bagian tanaman lain yang dapat digunakan perbanyakan tanaman secara generatif maupun vegetatif seperti stek batang, daun, akar, dan lain sebagainya. Sehingga dalam hal ini perlu adanya batasan mengenai benih yang dimaksud pada praktikum kali ini, yang lebih mengacu pada biji sebagai benih.
Biji adalah ovule yang dewasa.Terbentuk satu atau lebih di dalam satu ovari pada legume,tapi tidak pernah lebih dari satu biji terbentuk dalam ovari pada monokotil.Setiap biji matang selalu terdiri paling kurang dua bagian,yaitu: (1).Embryo,(2).Kulit biji (Seed coat atau testa).Embryo terbentuk atau berasal dari telur yang dibuahi (zygote) dengan mengalami pembelahan sel di dalam embryo sac. Kulit biji terbentuk dari integumen (satu atau lebih) dari ovule.Pada legume umumnya terdapat dua lapis kulit biji.Lapisan sebelah dalam tipis dan lunak,sedangkan lapisan sebelah luar tebal dan keras fungsinya sebagai lapisan proteksi terhadap suhu,penyakit dan sentuhan mekanis. Biji masak terdiri dari tiga bagian yaitu: embrio dan endosperm yang  dihasilkan dari pembuahan ganda serta kulit biji yang dibentuk oleh dinding bakal biji, termsuk kedua integumentnya. (Kamil, 1982).
benih adalah bahan tanaman yang digunakan untuk tujuan mengembangbiakan tanaman hutan. Terdapat kata kunci “tujuan mengembangbiakan”. Dengan kata lain biji atau bahan vegetatif yang tidak digunakan untuk tujuan mengembangbiakan tanaman bukan dinamakan benih.
Sifat-sifat benih berdasarkan daya simpannya dibedakan menjadi:
1. Benih Rekalsitran adalah benih yang memiliki daya simpan yang singkat.
2. Benih Ortodok adalah benih yang memiliki daya simpan yang relatif lama.
Kedua ciri-ciri benih tersebut sebagai berikut:
Benih Ortodoks
Benih Rekalsitran
Dapat disimpan dengan kadar air 5-10%
Hanya dapat disimpan sampai kadar air 25-30%
Pelindung biji berupa kulit biji pada umumnya keras
Pelindung biji pada umumnya tidak keras
Memerlukan perlakuan khusus untuk berkecambah
Tidak memerlukan perlakuan khusus untuk berkecambah

B.  Produksi Benih dan Pegujian Mutu Benih
Viabilitas benih adalah daya hidup benih yang dapat ditunjukkan melalui gejala metabiolisme dan atau gejala pertumbuhan, selain itu daya kecambah juga merupakan tolak ukur parameter viabilitas potensial benih (Sadjad, 1993). Pada umumnya viabilitas benih diartikan sebagai kemampuan benih untuk tumbuh menjadi kecambah. Istilah lain untuk viabilitas benih adalah daya kecambah benih, persentase kecambah benih atau daya tumbuh benih. Perkecambahan benih mempunyai hubungan erat dengan viabilitas benih dan jumlah benih yang berkecambah dari sekumpulan benih merupakan indeks dari viabilitas benih.
Viabilitas ini makin meningkat dengan bertambah tuanya benih dan mencapai perkecambahan maksimum jauh sebelum masak fisiologis atau sebelum tercapainya berat kering maksimum, pada saat itu benih telah mencapai viabilitas maksimum (100 persen) yang konstan tetapi sesudah itu akan menurun sesuai dengan keadaan lingkungan (Kamil, 1979).
Umumnya parameter untuk viabilitas benih yang digunakan adalah presentase  perkecambahan yang cepat dan pertumbuhan perkecambahan kuat dalam hal ini mencerminkan kekuatan tumbuh yang dinyatakan sebagai laju perkecambahan. Penilaian dilakukan dengan membandingkan kecambah satu dengan kecambah lainnya sesuai kriteria kecambah normal, abnormal dan mati (Sutopo, 2002). 
Uji Viabilitas Dapat melalui indikasi langsung ataupun indikasi tidak langsung (Aryunis,dkk.2009)
Benih Mati: Benih yang pada akhir pengujian tidak berkecambah tetapi bukan sebagai benih keras maupun benih segar. Biasanya benih mati lunak, warnanya memudar, dan seringkali bercendawan.(Mugnisjah et. al. 1994)
Alat pengecambah benih adalah alat yang digunakan untuk mengecambah benih.Dimana dapat diatur kondisi lingkungan yang optimum untuk perkecambahan.Alat pengecambah buatan luar negeri antara lain :Burrows Model 1000A (1850) , Mangelsdorf dan Junior.Sedangkan buatan dalam negeri (Institut Pertanian Bogor) adalah tipe-tipe IPB 73-2A , IPB 73-2A/B yang dapat digunakan untuk menguji daya kecambah benih.(Sutopo , 2010).
Kelembaban relatif ruang perkecambahan harus antara 90 – 95%. (Sutopo , 2010).
Yang dimaksud dengan kemampuan tumbuh secara normal , yaitu dimana perkecambahan benih tersebut menunjukkan kemampuan untuk tumbuh dan berkembang menjadi bibit tanaman dan tanaman yang baik dan normal , pada lingkungan yang telah disediakan yang sesuai bagi kepentingan pertumbuhan dan perkembangannya.Yang dimaksud dengan lingkungan untuk perkecambahan benih , yaitu kelembaban , temperatur , oksigen dan kadang – kadang bagi benih tertentu diperlukan pula cahaya.(Kartasapoetra ,1992)
Faktor yang Mempengaruhi Mutu Benih
Mutu benih merupakan perpaduan dari karakter genetik dan pengaruh lingkungan. Adapun faktor-faktor yang berpengaruh terhadap mutu benih antara lain faktor lingkungan dan faktor status benih (kondisi fisik dan fisiologis benih).
1) Faktor genetik
Genetik merupakan faktor bawaan yang berkaitan dengan komposisi genetika benih. Setiap jenis atau varietas memiliki identitas genetik yangblog mutfiahblog mutfiah berbeda. Sebagai contoh, mutu daya simpan benih kedelai lebih rendah dibanginkan dengan mutu daya simpan benih jagung, kekuatan daya tumbuh (vigor) dan produksi benih jagung hibrida lebih tinggi dari benih jagung biasa (komposit). Demikian pula padi var. Peta memiliki mutu daya simpan yang lebih baik dari benih padi var. Chainan. Semua perbedaan tersebut diakibatkan perbedaan gen yang ada di dalam benih.
2) Faktor lingkungan
Faktor lingkuingan yang berpengaruh terhadap mutu benih berkaitan dengan kondisi dan perlakuan selama prapanen, pancapanen, maupun saat pemasaran benih. Faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut :
a) Lokasi produksi dan waktu tanam, b) Teknik budidaya, c) Waktu dan cara panen, d) Penimbunan dan penanganan hasil
3) Faktor fisik dan fisiologis
Faktor ini berkaitan denganperforma benih seperti tingkat kemasakan, tingkat kerusakan mekanis, tingkat keusangan (hubungan antara vigor awal dan lamanya disimpan), tingkat kesehatan, ukuran dan berat jenis, komposisi kimia, struktur, tingkat kadar air, dan dormansi benih.
a) Tingkat kemasakan benih, b) Tingkat keusangan benih, c) Tingkat kerusakan benih, d) Tingkat kesehatan benih, e) Ukuran dan berat jenis benih, f) Komposisi kimia benih, g) Struktur benih, h) Tingkat kadar air benih, i) Dormansi benih(Anonym. 2009)

C.  Tanaman Kacang Tanah
Berikut ini adalah klasifikasi Kacang Tanah:
Kerajaan: Plantae. Divisi: Tracheophyta. Subdivisi: Angiospermae. Kelas: Magnoliophyta. Ordo: Leguminales. Famili:Papilionaceae. Subfamili: Faboideae. Bangsa: Aeschynomeneae. Genus: Arachis. Spesies: Arachis hypogeae L
Kacang tanah merupakan salah satu sumber protein nabati yang cukup penting di Indonesia, luas pertanamannya menempati urutan 4 setelah padi, jagung dan kedelai. Dalam meningkatkan produksi juga dituntut untuk tetap menjaga lingkungan agar tidak rusak sehingga produksi bisa lestari. Upaya untuk meningkatkan Kacang tanah dengan perluasan areal memanfaakan lahan kering yang belum dikelolah secara optimal, memanfaatkan limbah. pertanian sebagai pupuk untuk menekan biaya produksi serta pengelolaan tanaman secara baik (Arinong, 2008).
Menurut Ingale (2011) kacang tanah berasal dari Amerika Selatan. Kacang tanah dapat hidup baik pada wilayah tropis dengan suhu sedang hingga panas (maksimal 32oC). Kacang tanah dapat bersimbiosis dengan beberapa mikroorganisme yang dapat membantu pertumbuhan tanaman kacang tanah. Mikroorganisme yang dapat bersimbiosis seperti rhizobium dan tricoderma.
Menurut Suprapto (2000) dalam Evita (2012), faktor-faktor yang menyebabkan rendahnya produksi kacang tanah adalah pengolahan yang kurang optimal sehingga drainasenya buruk dan strukturnya padat, pemeliharaan tanaman yang kurang optimal, serangan hama dan penyakit, penanaman varietas yang berproduksi rendah, mutu benih yang rendah dan periode kekeringan yang cukup lama terjadi pada fase pengisian polong. Penurunan produksi ini pada umumnya disebabkan oleh penurunan luas lahan dan produktivitas lahan penanaman kacang tanah yang terus menurun. Karena itu maka upaya peningkatan produksi kacang tanah harus melalui intensifikasi, salah satunya dengan pemupukan (Raja ,2013).
            Kondisi lingkungan seperti suhu dan cuaca dapat mempengaruhi pertumbuhan dan produksi tanamn kacang tanah. Pada fase vegetatif dan generatif dibutuhkan suhu yang optimal daripada panjang hari penyinaran matahari terhadap tanaman. Suhu optimal untuk tanaman kacang tanah berkisar antara 25o-35o C. Pada fase pembungaan membutuhkan spesifikasi suhu yang bebrbeda lagi yaitu berkisar 24o-27oC. Pada dasarnya kacang tanah memerluakan iklim yang lebih panas dibandingakan dengan jagung dan kedelai (Feronika, 2013).

Morfologi Tanaman Kacang Tanah
a.Bunga
Bunga kacang tanah terdapat pada ketiak daun yang berada dekat dengan tanah. Masing-masing pembungaan memiliki 2-5 kuntum bunga. Bunga tersusun atas sebuah hifantium berbentuk tabung yang panjangnya 4-6 cm. Hifantium adalah gabungan bagian pangkal kelopak, mahkota, dan tabungsari. Warna mahkota bunga bervariasi dari kuning pucat sampai jingga merah. Tangkai sari berjumlah sepuluh dengan 2-6 bakal biji. Setelah terjadi pembuahan akan terbentuklah bentukan yang mirip tangkai, yang disebut ginifor. Ginofor ini akan tumbuh menuju ke dalam tanah menjadi buah matang yang disebut polong. Jika jarak antara ginofor dan tanah lebih dari 15 cm ginofor ini akan gagal mencapai tanah dan ujungnya akan mati. Kacang tanah dapat tumbuh dengan baik pada keadaan tanah yang gembur dan cukup kering. pH tanah yang optimum bagi pertumbuhan kacang tanah adalah sebesar 5,5-6,5. sedangkan suhu rata-rata optimumnya adalah 30oC dan pertumbuhan akan terhenti pada suhu 15oC. Curah hujan antara 500mm-600mm yang tersebar merata selama masa pertumbuhannya.
b. Akar
Kacang tanah berakar tunggang dengan akar cabang yang tumbuh tegak lurus. Akar cabang ini mempunyai bulu akar yang bersifat sementara yang berfungsi sebagai penyerap hara. Bulu akar ini dapat juga mati dan dapat bersifat permanen. Jika bersifat permanen terus, bulu akar ini berfungsi sebagai penyerap unsure hara dari dalam tanah. Kadang polongnya memiliki alat penghisap seperti bulu akar yang berfungsi menyerap unsure hara pula.
Akar samping atau akar serabut tanaman terdapat bintil bintil atau modul yang berisi bakteri yang sering di sebut dengan Rhizobium sp. Bakteri ini mampu mengikat zat lemas ( nitrogen ) bebas dari udara. Pemberian pupuk nitrogen seperti urea akan membuat bakteri menjadi malas untuk mengikat nitrogen sehongga produksi polong meningkat.
c. Batang
Berbentuk cabang percabangan terdiri dari dua jenis yaitu dengan cabang vegetatif dan cabang reproduktif. Cabang vegetatif dicirikan dengan adanya daun sisik yang disebut katofil yang terdapat pada 2 buku pertama pada cabang. Cabang vegetatif sekunder dan tertier dapat berkembang dari cabang vegetatif primer.
d. Daun
Daun pada batang utama tersusun spirat, pada cabang vegetatif primer tersusun berseling, berdaun 4, dengan 2 pasang daun duduk berhadapan berbentuk membundar telur sungsang berukuran 3 – 7 cm x 2 – 3 cm, panjang tangkai daun 3 – 7 cm, terdapat bagian yang menggembung pada dasar tangkai daun pada dasar setiap daun. Hal ini merupakan ciri adanya pergerakan pada malam hari yaitu tangkai daun akan menggulung ke bawah dan daun akan menggulung ke atas sampai keduanya bersentuhan.
e. Buah
Kacang tanah berbuah polong. Polongnya terbentuk setelah terjadi pembuahan. Bakal buah tersebut tumbuh memanjang.inilah yang disebut dengan ginofera yang akan menjadi tangkai polong. Cara pembentukan polong adalah mula mula ujung ginofora tumbuh meruncing ke atas. Setelah tumbuh ginofora tersebut melengkung ke bawah dan masuk kedalam tanah. Setelah menembus tanah, ginofora mulai membentuk polong. Pertumbuhan ginofora akan terhenti setelah membentuk polong. Panjang ginofora dapat mencapai 18 cm. ginofora terbentuk di udara atau diatas tanah sedangkan buah terbentuk di dalam tanah. Ginofora yang terbentuk di bagian cabang atas tidak mampu masuk ke dalam tanah, sehingga tidak dapat terbentuk polong. Ujung polong ada yang tumpul dan ada yang runcing. Dua biji dalam polong ada yang berbentuk pinggang dan ada juga yang tidak berbentuk pinggang.Buah polong berbentuk silindris, berisi 1 – 6 biji buah yang siap dipanen memiliki ciri warna coklat kehitam-hitaman.
f. Biji
Setiap biji diliputi oleh selaput biji tipis berwarna antara putih hingga merah muda, merah, ungu, coklat kemerahan dan sedikit kecoklatan. Setiap biji memiliki dua keeping biji yang lebar, epikotil dengan daun dan tunas primordial, hipokotil dan akar primer. Biji yang akan dijadikan benih yang baik memiliki syarat-syarat sebagai berikut  :
Berasal dari tanaman yang baru dan varietas unggul
Daya tumbuh yang tinggi (lebih dari 90 %) dan sehat
Kulit benih mengkilap, tidak keriput, dan cacat
Murni atau tidak bercampur dengan varietas lain
 Kadar air benih berkisar 9 – 12 %                                       (Feronika, 2013).

D. Tanaman Jagung
Klasifikasi
Kingdom : Plantae (tumbuh-tumbuhan). Divisio : Spermatophyta (tumbuhan berbiji). Sub Divisio : Angiospermae (berbiji tertutup). Classis : Monocotyledone (berkeping satu). Ordo : Graminae (rumput-rumputan). Familia : Graminaceae. Genus : Zea. Species : Zea mays L.
Jagung (Zea mays L) adalah tanaman semusim dan termasuk jenis rumputan/graminae yang mempunyai batang tunggal, meski terdapat kemungkinan munculnya cabang anakan pada beberapa genotipe dan lingkungan tertentu. Pengaruh Lingkungan Terhadap Tumbuhan Faktor-faktor lingkungan akan mempengaruhi fungsi fisiologis tanaman. Respons tanaman sebagai akibat faktor lingkungan akan terlihat pada penampilan tanaman. Tumbuhan menyesuaikan diri dengan lingkungannya, disini terlihat bahwa tumbuhan saling mempengaruhi dengan lingkungannya. Begitu pula biasanya vegetasi yang tumbuh disekitar ekosistem tersebut juga spesifik atau tertentu. Karena hanya tumbuhan yang sesuai dan cocok saja yang dapat hidup berdampingan. Tumbuhan pun mempunyai sifat menolak terhadap tumbuhan yang tidak disukainya, yaitu dengan mengeluarkan zat kimia yang dapat bersifat bagi jenis tertentu. Sifat tersebut dinamakan allelopati (Irwan,2007).
Jagung termasuk tanaman berakar serabut yang terdiri dari tiga type akar, yaitu akar seminal, akar adventif, dan akar udara. Akar seminal tumbuh radikula dan embrio. Akar adventif disebut juga akar tunjang, akar ini tumbuh dari buku paling bawah, yaitu sekitar 4 cm dari permukaan tanah. Sementara akar udara adalah akar yang keluar dari dua atau lebih buku terbawah dekat permukaan tanah (Purwono dan Hartono, 2005).
Batang tanaman jagung bulat silindris, yang masih muda berwarna hijau dan rasanya manis karena banyak mengandung zat gula, beruas-ruas, dan pada bagian pangkal beruas sangat pendek dengan jumlah sekitar 8-20 ruas. Rata-rata panjang tanaman jagung antara satu sampai tiga meter.
Daun tanaman jagung berbentuk pita atau garis. Selain itu juga mempunyai ibu tulang daun yang terletak tepat di tengah-tengah daun dan sejajar dengan ibu daun. Tangkai daun merupakan pelepah yang biasanya berfungsi untuk membungkus batang tanaman jagung.
Bunga jantan terdapat pada malai bunga di ujung tanaman, sedangkan bunga betina terdapat pada tongkol jagung. Bunga betina ini yang biasa disebut sebagai tongkol (Warisno, 2007).
Buah jagung terdiri atas tongkol, biji dan daun pembungkus. Biji jagung mempunyai bentuk, warna dan kandungan endosperm yang bervariasi, tergantung pada jenisnya. Pada umumnya jagung memiliki barisan biji yang melibit secara lurus atau berkelok-kelok dan berjumlah antara 8-20 baris biji. Biji jagung terdiri atas tiga bagian utama yaitu kulit biji, endosperm dan embrio (Rukmana, 2004).
Curah hujan ideal sekitar 85-200 mm/bulan dan harus merata. Pada fase pembungaan dan pengisian biji perlu mendapatkan cukup air. Sebaiknya ditanam awal musim hujan atau menjelang musim kemarau. Membutuhkan sinar matahari, tanaman yang ternaungi, pertumbuhannya akan terhambat dan memberikan hasil biji yang tidak optimal. Suhu optimum antara 230 C – 300 C. Jagung tidak memerlukan persyaratan tanah khusus, namun tanah yang gembur, subur dan kaya humus akan berproduksi optimal. pH tanah antara 5,6-7,5. Aerasi dan ketersediaan air baik, kemiringan tanah kurang dari 8 %. Daerah dengan tingkat kemiringan lebih dari 8 %, sebaiknya dilakukan pembentukan teras dahulu. Ketinggian antara 1000-1800 m dpl dengan ketinggian optimum antara 50-600 m dpl (Prabowo, 2007).


BAB.III
METODELOGI PENELITIAN

A.Tempat dan Waktu
1.      Pengaruh pembungaan/pemangkasan bunga dalam produksi benih kacang tanah.
Praktikum ini dilaksanakan di lahan basah Fakultas Pertanian Universitas Andalas, dari tanggal 9 maret sampai 24 mei 2015, yang dilaksanakan setiap hari minggu dari jam 8-selesai, namun untuk pengamatan dan pemeliharaan dilaksanakan 1 kali dalam dua hari.
2.      Hubungan antara posisi biji dalam buah dengan mutu benih cabai dan jagung.
Praktikum ini dilaksanakan di laboratorium Agronomi Lt.1 Budidaya Pertanian  Fakultas Pertanian Universitas Andalas, dari tgl 9 maret hingga 8 mei 2015 setiap hari jumat pukul 16.00-selesai.
B.  Bahan dan Alat
1.      Pengaruh pembungaan/pemangkasan bunga dalam produksi benih kacang   tanah.
Bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah benih kacang tanah varietas kelinci, inokulan, pupuk kandang, kapur (CaCO3), pupuk urea, posfor (SP36) dan kalium (KCl), air dan insektisida, sedangkan alat yang digunakan yaitu cangkul, kantong plastik (untuk meletakan benih dan pupuk), baskom (untuk merendam benih dan menyiram tanaman),karung (untuk meletakkan pupuk kandang), gunting (untuk memangkas bunga), tali rafia dan tonggak kayu (sebagai penanda dan pembatas sampel tanaman),  serta buku dan alat tulis (untuk pengamatan).
Tabel 1. Perlakuan pemangkasan bunga pada tanaman kacang tanah.
No
Perlakuan
Kode
Kelompok prakt.
1
Pemangkasan bunga 1 MSB
A
1
2
Pemangkasan bunga 2 MSB
B
2
3
Pemangkasan bunga 3 MSB
C
3
4
Tanpa Pemangkasan
D
4
5
Pemangkasan bunga 4 MSB
E
5

2.      Hubungan antara posisi biji dalam buah dengan mutu benih cabai dan jagung.
Bahan yang digunakan untuk praktikum ini adalah benih jagung, benih cabai, benih kacang tanah, dan batu coral. Sedangkan alat yang digunakan untuk praktikum ini adalah gunting/pisau, tanah, plastik, kertas stensil, handsprayer, timbangan analitic, germinator datar dan germinator miring, kotak untuk mengecambahkan benih dan alat tulis untuk pengamatan.
C.  Pelaksanaan
A.  Pengaruh pembungaan/pemangkasan bunga dalam produksi benih kacang   tanah.
              Persiapan yang pertama dilakukan yaitu lahan dibersihkan dari gulma, dll. Setelah itu dibuat bedengan dengan luas 90 x 150 cm, sebanyak 10 petakan yang terdiri dari 5 bedengan utama dan 5 lagi untuk sisipan. Setelah bedengan siap ditambahkan kapur sesuai kebutuhan begitu juga dengan pupuk dasar, setelah itu di inkubasi selama kurang lebih 1 minggu, selanjutnya dilakukan penanaman dengan jarak tanam 15 x 30 cmdengan sistem tugal. Ditanam benih 2 biji per lubang tanam. Setelah penjarangan dengan mencabut 1 tanaman dan tinggalkan satu yang terbaik untuk dipelihara selanjutnya, jika ada yang tidak tukbuh maka dilakukan penyulaman tanaman, pemeliharaan yang dilakukan yaitu berupa pengamatan agronomis seperti pengambilan data primer seperti tinggi tanaman, jumlah daun, lebar daun dan juga pemangkasan sesuai dengan perlakuan kelompok masing-masing, selama pengamatan juga dilakukan  pemeliharaan seperti menyiangi gulma, membumbun dan menggemburkan tanah. Setelah panen benih dilakukan pengujian terhadap kualitas benih berdasarkan bentuk fisik biji kacang tanah.
B.     Hubungan antara posisi biji dalam buah dengan mutu benih cabai dan jagung.
     Buah cabai dipotong atas 3 bagian yaitu bagian ujung, tengan dan pangkal, kemudian bijinya dikeluarkan secara terpisah dan dikering anginkan. Untuk jagung dipipil dari tongkolnya dan dipisahkan biji yang terletak dibagian pangkal, tengah dan ujung tongkol, setelah benih/biji tersebut dikering anginkan dilakukan pengujian viabilitas dan vigornya, sesuai dengan standar pengujian vigor dan viabilitas benih. Untuk pengujian vigor dan viabilitas cara kerja nya yaitu pertama kertas stensil dibasahkan dengan air sampai cukup lembab, kertas terdiri atas 2 bagian, bagian bawah dan atas, bagian bawah itu terdiri dari 2 lembar dan bagian atasnya 1 lembar saja. Untuk pengujian IVT dan FCT menggunakan 25 benih cabai dan jagung yang disusun horizontol 5/baris, sedangkan untuk pengujian RSGT menggunakan 15 benih jagung dan cabai disusun vertikal dibagian paling samping stensil dan dikondisikan bagian munculnya radikula searah, dan untuk pengujian BGT menggunakan 25 benih cabai dan jagung yang dikecambahkan di dalam box yang berisi tanah dan dibagian atasnya di susun batu coral (batu bata). Untuk pengujian IVT dan FCT itu di letakan di germinator datar diamati 2 hari sekali, sedangkan untuk RSGT di letakan di germinator miring diamati 2 kali sehari. Untuk pengamatan BGT juga dilakukan 2 kali sehari.
D.   Rancangan Percobaan
A.  Pengaruh pembungaan/pemangkasan bunga dalam produksi benih kacang   tanah.
Percobaan praktikum menggunakan rancangan acak lengkap (RAL).

B.  Hubungan antara posisi biji dalam buah dengan mutu benih cabai dan   jagung.
Menghitung presentase perkecambahan benih.




BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

1.      Pengaruh pemangkasan bunga terhadap produksi benih kacang tanah
Dari praktikum yang telah dilakukan didapatkan hasil  hasil seperti diatas. Di hasil dapat dilihat bahwa tanaman kacang tanah hidup dengan baik dan hanya terdapat beberapa gangguan pada tanaman tersebut seperti adanya penyakit dan hama hal itu dapat terjadi karena tanaman tidak di rawat dengan sebaiknya dan adanya inang alternatif dari hama yang dapat menjadi tempat tinggal nya karena kurangnya pemeliharaan dari tanaman tersebut.
Adapun tanaman kacang tanah merupakan tanaman polong-polongan atau legum dari famili Fabaceae, kedua terpenting setelah kedelai di Indonesia.Kacang tanah merupakan sejenis tanaman tropika. Ia tumbuh secara perdu setinggi 30 hingga 50 cm (1 hingga 1½ kaki) dan mengeluarkan daun-daun kecil.
Tanaman kacang tanah pada dasarnya dapat ditanam hampir di semua jenis tanah, mulai tanah bertekstur ringan (berpasir), bertekstur sedang (lempung berpasir), hingga bertekstur berat (lempung). Namun, tanah yang paling sesuai untuk tanaman kacang tanah adalah yang bertekstur ringan dan sedang.
Tanaman  kacang tanah dapat hidup pada keadaanCurah hujan antara 800-1.300 mm/tahun. Hujan yang terlalu keras akan mengakibatkan bunga sulit terserbuki oleh serangga dan akan meningkatkan kelembaban di sekitar pertanaman kacang tanah. Suhu udara sekitar 28-320C. Bila suhunya di bawah 100C, pertumbuhan tanaman akan terhambat, bahkan kerdil.Kelembaban udara berkisar 65-75 %.
Penyinaran matahari penuh dibutuhkan, terutama kesuburan daun dan perkembangan besarnya kacang.
Jenis tanah yang sesuai adalah tanah gembur / bertekstur ringan dan subur.pH antara 6,0-6,5.Kekurangan air akan menyebabkan tanaman kurus, kerdil, layu dan akhirnya mati.Drainase dan aerasi baik, lahan tidak terlalu becek dan kering baik bagi pertumbuhan kacang tanah. Tanaman kacang tanah dapat berproduksi dengan baik jika kondisi lingkungan yang cocok adanya pemeliharaan dan pemupukan yang berimbang terhadap tanaman.
Dari praktikum ini dengan mengukur dan  menghitung tinggi tanaman, jumlah cabang dan jumlah bunga setiap minggunya didapatkan hasil rata - ratayaitu dari tinggi tanaman hasil yang tertinggi yaitu pada tanaman kacang dengan perlakuan pemangkasan bunga setelah 4 minggu berbunga yaitu dengan rata – rata 72,8. Dan untuk pemangkasan bunga 1 minggu setelah berbunga yaitu 52,8. Untuk perlakuan pemangkasan 2 minggu setelah tanam yaitu 69,6. Untuk  perlakuan pemangkasan 3 minggu setelah tanam yaitu 46,2. Dan untuk kontrol atau tanpa perlakuan yaitu 46,4.
Pada perlakuan 4 minggu dapat dilihat bahwa tanaman lebih tinggi di karenakan pertumbuhan lebih terfokus pada tinggi dan biasanya memiliki polong yang kecil karena rata – rata unsur hara digunakan untuk pertumbuhan ke atas, hanya saja tidak dapat dibuktikan kebenaran nya dari praktikum ini, karena praktikum ini tidak sampai pada proses panen sehingga tidak didapatkan hasil yang diinginkan. Pada dasarnya tanaman kacang tanah dapat berbunga seminngu  setelah  tanam. Dan tanaman kacang tanah menggunakan bunga sebagai bakal buah didalam tanah. Jadi bunga yang lebih dominan menjadi biji didalam tanah adalah bunga yang lebih dekat di atas permukaan tanah dari pada bunga yang berada diatas atau pucuk tanaman.
Setelah dilakukan perhitungan dan uji lanjut di dapatkan hasil bahwa adanya pengaruh pemangkasan bunga terhadap tinggi tanaman dilihat dari keragaman antar tinggi tanaman dari masing – masing perlakuan.
Fase vegetatif pada tanaman kacang tanah  terutama terjadi pada perkembangan akar, daun dan batang baru. Fase ini berhubungan dengan 3 proses penting : (1) pembelahan sel, (2) pemanjangan sel, dan (3) tahap awal dari diferensiasi sel (Suketi, 2010).
 Fase vegetatif pada tanaman kacang tanah dimulai sejak perkecambahan
hingga awal pembungaan, yang berkisar antara 26 hingga 31 hari setelah tanam,
dan selebihnya adalah fase reproduktif. Fase vegetatif tersebut dibagi menjadi 3
stadia, yaitu perkecambahan, pembukaan kotiledon, dan perkembangan daun
bertangkai empat (tetrafoliate). Daun kacang tanah muncul dari buku pada batang
utama atau cabang (Trustinah, 1993).
Fase reproduktif terjadi pada pembentukan dan perkembangan kuncup-
kuncup bunga, buah dan biji atau pada pembesaran dan pendewasaan strutur
penyimpanan makanan, akar-akar dan batang (Suketi, 2010). Penandaan fase
reproduktif didasarkan atas adanya bunga, buah dan biji.  Menurut Boote (1982),
fase reproduktif kacang tanah menjadi delapan stadia, yaitu mulai berbunga (R1)
pada 27-37 hari setelah tanam (HST), pembentukan ginofor (R2) pada 32-36
HST,  pembentukan polong (R3) pada 40-45 HST, polong penuh/maksimum (R4)
pada 44-52 HST, pembentukan biji (R5) pada 52-57 HST, biji penuh (R6) pada
60-68 HST, biji mulai masak (R7) pada 68-75 HST, dan masak panen (R8) pada
80-100 HST.

2.    Hubungan antara posisi biji dalam buah dengan mutu benih cabai dan   jagung.
Mutu benih merupakan perpaduan dari karakter genetik dan pengaruh lingkungan. Adapun faktor-faktor yang berpengaruh terhadap mutu benih antara lain faktor lingkungan dan faktor status benih (kondisi fisik dan fisiologis benih).
Pada pengujian mutu benih dan kemampuan benih berkecambah dengan meggunakan posisi benih yaitu posisi ujung, tengah dan pangkal. Dengan menggunakan media tanam yaitu kertas stensil, batu koral dan pasir.
Perkecambahan adalah munculnya plantula (tanaman kecil) dari dalam biji yang merupakan hasil pertumbuhan dan perkembangan embrio. Pada perkembangan embrio saat berkecambah, bagian plumula tumbuh dan berkembang menjadi batang, sedangkan radikula menjadi akar. perkecambahan merupakan pengaktifan kembali aktivitas pertumbuhan embryonic axis didalam biji yang terhenti untuk kemudian membentuk bibit. Berdasarkan letak kotiledon pada saat perkecambahan dikenal dua tipe perkecambahan yaitu hypogeal dan epigeal.(Kamil.,1982)
Pada serealia dan rerumputan monocot embryo terdiri atas cotyledon dan embryonic axsis. Setiap biji yang sangat muda dan sedang tumbuh seperti pada tanaman serealia seperti jagung, padi, gandum selalu terdiri dari tiga bagian yaitu embryo, kulit biji dan endosperm. Namun pada jenis legumes hanya terdiri dari embryo dan kulit biji sedangkan endosperm ada namun sangat sedikit sekali. (Kamil, 1982).
Uji Perkecambahan Baku atau SGT (Standard Germinator Test) merupakan pengujian yang paling banyak digunakan oleh pihak yang terlibat dalam kegiatan pengujian benih, dengan metode yang yang sangat sederhana namun dapat memberikan hasil yang yang optimal. Oleh karena itu Uji Perkecambahan Baku ini merupakan salah satu pengujian benih yang dilakukan kegiatan pembenihan di seluruh dunia. (Kuswanto, 1997)
Metode palksanaan Uji Perkecambahan Baku ialah sebagai berikut:
1.    Kertas stensil dibasahi sebanyak 2 lembar untuk 50 buah benih yang akan diuji.
2.    Penyusunan benih dalam 5 baris masing-masing 10 biji.
3.    Kemudian basahkan lagi 1 lembar kertas stensil, gunakan sebagai penutup.
4.    Lipat kedua sisi kertas kira-kira 1,5 cm kearah dalam, kemudian gulung kertas menjadi 4 bagian.
5.     Dilakukan masing-masing 2 atau 4 ulangan.
6.     Letakkan digerminator secara mendatar. Lakukan pengamatan pada hari ke 3, 5, 7.(Kuswanto, 1997)
Dari perhitungan dapat diketahui bahwa benih tumbuh dengan baik baik itu pada SGT,IVT,FCT dan RSGT dengan rata – rata persentase perkecambahan lebih dari 90 % dan ada beberapa benih yang memiliki vigor yang tinggi tumbuh dengan normal dan ada beberapa yang kurang normal.
Vigor benih adalah sifat benih yang merupakan kemampuan benih tersebut untuk berkecambah dengan seragam, cepat dan menghasilkan  bibi normal dari berbagai kondisi lingkungan dilapangan.
Kecambah normal merupakan kecambah yang menunjukan potensi untuk berkembang lebih lanjut hingga menjadi tanaman normal. Sedangkan kecambah tidak normal atau abnormal tidak menunjukan adanya potensi untuk berkembang lebih lanjut. Daya kecambah benih memberikan informasi kepada pemakai benih akan kemampuan benih tumbuh normal menjadi tanaman yang berproduksi wajar dalam lingkungan yang optimum.  Kriteria kecambah normal diantaranya adalah a. benih berkecambah memiliki perkembangan sistem perakaran yang baik, terutama akar primer dan akar seminal paling sedikit dua. b. perkembangan hipokotil baik dan sempurna tanpa ada kerusakan pada jaringan. c. pertumbuhan plumula sempurna dengan daun hijau tumbuh baik.  Epikotil tumbuh sempurna dengan kuncup normal. d. memiliki satu kotiledon untuk kecambah dari monokotil dan dua bagi dikotil. (sadjad, 1994).
kecambah abnormal memiliki criteria a.kecambah rusak tanpa kotiledon, embrio pecah, dan akar primer pendek. b. bentuk kecambah cacat, perkembangan bagian-bagian penting lemah dan kurang seimbang.  Plumula terputar, hipokotil, epikotil, kotiledon membengkok, akar pendek, kecambah kerdil.  c. kecambah tidak membentuk klorofil. d. kecambah lunak. (Sadjad, 1994).
            Daya kecambah benih memberikan informasi kepada pemakai benih akan kemampuan benih tumbuh normal menjadi tanaman yang berproduksi wajar dalam lingkungan yang optimum. 
Pada proses perkecambahan seperti pada perkecambahan RSGT dan umumnya pada bagian ujung dan pangkal terdapat benih dengan vigor yang tidak baik dan ada benih yang tidak dapat tumbuh. 
Benih yang memiliki vigor rendah berakibat:
  1. Kemunduran benih yang cepat selama penyimpanan
  2. Makin sempitnya keadaan lingkungan di mana benih dapat tumbuh
  3. Kecepatan berkecambah benih menurun
  4. Kepekaan akan serangan hama penyakit meningkat
  5. Meningkatnya jumlah kecambah abnormal
  6. Rendahnya produksi tanaman (sadjad, 1994)
Dari pengukuran dan perhitungan dapat dilihat bahwa hasil rata – rata perkecambahan tanamana jagung yang lebih baik dan memiliki prentase yang tinggi yaitu pada bagian tengah yaitu 96%. Hal tersebut dapat dikarenakan tanaman jagung memiliki biji yang tidak sama besar antar  posisi biji – biji tersebut. Pada bagian ujung lebih memiliki biji yang kecil – kecil dan cendrung lebih lunak sedangkan pada pangkal memiliki biji yang cendrung keras dan besar – besar sedangkan pada bagian tengah jagung memiliki biji yang hampir seragam dan tidak begitu keras dan tebal.

BAB V
PENUTUP

1.       Kesimpulan
Dari praktikum yang telah dilakukan dan telah dilakukan pengolahan dan data dan pengujian lanjut menggunakan data tinggi tanaman dan jumlah cabang  dapat diambil kesimpulan bahwa adanya pengaruh pemangkasan bunga terhadap produksi benih kacang tanah.
Pada perkecambahan benih menggunakan posisi biji pada tanaman jagung pada perlakuan IVT dan FCT rata – rata persentase perkecambahan terbesar yaitu pada posisi bji pada bagian tengah. Dapat di katakan bahwa adanya pengaruh posisi biji pada tanaman jagung untuk kempampuan berkecambah
2.      Saran
Diharapkan untuk praktikumnya lebih diitensifkan lagi dan dibutuhkan ketekunan dalam melakukan praktikum.



DAFTAR PUSTAKA

Aak. 1989. Kacang Tanah. Yogyakarta : Kanisius.
Agro, Alul. 2009. Pertumbuhan Vegetatif. www.alulagro.blogspot.com/2009/04/pertumbuhan-veg. Diakses pada tanggal 7 mei 2015
Agustina Liliek. 2000. Nutrisi Tanaman. Bogor : Bineka Cipta
Anonim, 2009. indikator-benih-bermutu. http://www.blogspot.com.
Anonym. 2009. Vigor benih. http://teknologibenih.blogspot.com/2009/10/vigor-benih.html. diakses pada tanggal 7 mei 2015
Arinong R. 2008. dkk. Peningkatan Produksi Kacang Tanah (Arachis hypogeae L.) dengan Pemberian Jerami Padi dan
Aryunis , ir , dkk 2009. Penuntun Pratikum Teknologi Benih . Fakultas Pertanian Universitas Jambi: Jambi
Garden Decorations. 2004. Struktur biji. http://www.ramadhan.20m.com/ whats_new.html.
Kamil , jurnalis . 1979 . Dasar Teknologi Benih . Angkasa Raya : Padang
Kartasapoetra ,Ir.Ance G.1992.Teknologi Benih Pengolahan Benih dan Tuntunan Pratikum.Rineka Cipta:Jakarta
Kartasapoetra ance . 1986. Teknologi Benih. Press Rineka cipta. Jakarta
Mugnisjah, W. Q. Setiawan, A., Suwarto, dan C. Santiwa. 1994. Panduan Praktikum dan Penelitian Bidang Ilmu dan Teknologi Benih. Raja Grafindo Persada: Jakarta.
Sadjad syamsoeoed. 1994. Kualifikasi metabolism benih. Press grasindo.jakarta
Sunaryono H 2000. Budidaya Cabe Merah. Sinar Baru Algensindo, Bandung
Sutopo , L.2002.Teknologi Benih.Rajawali pers: Jakarta